Enter your keyword

FGD dalam Rangka Pengembangan Industri Kreatif dan Pariwisata di Kabupaten Kepulauan Sula

FGD dalam Rangka Pengembangan Industri Kreatif dan Pariwisata di Kabupaten Kepulauan Sula

FGD dalam Rangka Pengembangan Industri Kreatif dan Pariwisata di Kabupaten Kepulauan Sula

Pada hari Selasa (1 Agustus 2023), tim Pengabdian Masyarakat (PM) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB telah melakukan kegiatan diskusi grup terarah (FGD) bersama dengan pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Sula dan beberapa pemangku kepentingan terkait, termasuk pelaku usaha cokelat Sulamina dan organisasi non-pemerintah. FGD yang berlangsung di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sula ini bertujuan untuk menjaring dan menajamkan isu strategis terkini pada sektor pariwisata dan industri kreatif. Acara ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat yang berjudul Penyusunan Masterplan Desa Berbasis Digital Branding untuk Mendorong Sektor Pariwisata dan Industri Kreatif di Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Tim PM yang terlibat yaitu Ridwan Sutriadi, Ph.D., selaku ketua, dan Nurrohman Wijaya, Ph.D. sebagai anggota tim, termasuk beberapa asisten yaitu Diaz Ekaputra, S.T., M.PWK., Anandhika Arifianto, S.T., M. Ihsan Yudanto, S.T., Juwita, S.T., dan mahasiswa MBKM, yaitu Firdausin A. Rahman.

Acara FGD diawali oleh sambutan dari Bapak Drs. Ahmad Salawane selaku Asisten I Bidang Pemerintahan Daerah dan Kesejahteraan Rakyat yang mewakili Sekda Kabupaten Kepulauan Sula. Kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Bapak Ir. Syahjuan Fatgehipon, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Kepulauan Sula. Setelah itu, Nurrohman W., Ph.D. memberikan latar belakang dan tujuan kegiatan FGD. Juga, menguraikan secara singkat mengenai konsep pengembangan wisata desa dan industri kreatif desa. Terkait pengembangan pariwisata, beliau menjelaskan model integrasi pariwisata yang menerapkan strategi perencanaan wisata yang berkelanjutan berdasarkan komponen sistem wisatanya dengan mengambil contoh kasus di Kabupaten Banyuwangi. Kemudian, beliau juga memaparkan konsep wisata berbasis komunitas yang mungkin bisa diterapkan di desa wisata di Kepulauan Sula, misalnya yang sudah diaplikasikan di Klaten, Jawa Tengah. Selain itu, beliau juga menjelaskan beberapa bentuk strategi pengembangannya, di antaranya melalui penguatan 5A (amenitas, atraksi, aksesibilitas, akomodasi, dan aktivitas), penyediaan paket wisata terintegrasi dengan usaha kreatifnya, dan promosi pariwisata dan industri kreatif berbasis digital.

Dalam upaya memperoleh visioning awal terkait pengembangan sektor pariwisata dan industri kreatif di Kabupaten Kepulauan Sula, kami melakukan diskusi secara interaktif dimana setiap peserta yang hadir diminta memberikan respon dan komentar terkait harapannya terhadap dua sektor tersebut di masa mendatang. Diskusi tersebut menghasilkan catatan yang beragam. Selain harapan ke depan, mereka juga menjawab beberapa kendala dan potensi yang ada terkait rencana pengembangan sektor wisata dan ekonomi kreatif. Di akhir diskusi, kami membuat visualisasi berupa kata-kata kunci yang disampaikan oleh peserta menggunakan word cloud. Tiga kata kunci yang sering disebut adalah Desa, Masyarakat, dan Promosi. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintahan tingkat desa merupakan aktor yang signifikan dalam melaksanakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayahnya. Selain itu, penguatan peran masyarakat dalam upaya mewujudkan desa yang mandiri dan maju diperlukan, salah satunya melalui edukasi dan pelatihan terhadap dua sektor tersebut. Juga, pentingnya usaha promosi terhadap keunggulan dan potensi wisata dan ekonomi kreatif desa, di antaranya melalui promosi digital.

Acara FGD ini berjalan dengan baik dan para peserta yang sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Secara keseluruhan, FGD ini telah membangun kesadaran dan peningkatan pengetahuan masyarakat desa untuk memahami visi dan potensi desa melalui pendekatan partisipatif dalam upaya terciptanya desa wisata dan desa kreatif yang maju, mandiri, dan berkelanjutan.

No Comments

Post a Comment

Your email address will not be published.