Enter your keyword

[Buku] Model Pengembangan Kota Rendah Karbon di Indonesia

[Buku] Model Pengembangan Kota Rendah Karbon di Indonesia

[Buku] Model Pengembangan Kota Rendah Karbon di Indonesia

Perencana kota yang telah mencapai beberapa dekade ini ikut membuat ‘pulau panas perkotaan’ (Urban Heat Island/UHI). Permintaan untuk pendinginan bangunan-bangunan (AC) telah menciptakan permintaan baru akan energi di negara-negara yang berkembang yang semakin pesat dan energi pendingin tersebut telah menyalip energi yang diperlukan untuk pemanasan bangunan-bangunan di musim dingin di negara-negara bermusim dingin. Distrik pendinginan baru-baru ini mulai dibangun untuk menggantikan AC pada bangunan dengan menggunakan energi terpusat. Akhirnya, diperlukan sebuah solusi arsitektur tropis yang kembali ke tradisi dengan responsif dengan mencampur desain pasif dan teknologi pendingin mekanis.

Beberapa penyebab yang membuat kota menjadi lebih panas, adalah termasuk pemanasan global, pertumbuhan hardscape dalam kota dan pertumbuhan yang stabil dalam pelepasan panas dari manusia, kendaraan dan (ironisnya) dari pabrik-pabrik pembuat pembuat pendingin itu sendiri. Puncak peningkatan suhu kota diperkirakan mencapai 6 °C pada tahun 2100, diperkirakan akan terjadi secara serius karena peningkatan emisi dan gas rumah kaca yang terkait dengan pemakaian pendinginan (AC) yang secara masif, begitu juga konsekuensinya terhadap kehidupan manusia. Mengingat akan terjadi pengingkatan stres dan panas sehingga menyebabkan kematian karena suhu tinggi dan gelombang panas, ini juga akan berdampak pada kebijakan kesehatan masyarakat. Pendinginan (AC) bahkan memicu diskusi karena ketidakadilan mendapatkan kenyamanan secara termal antara kaya-miskin. Dampak lain UHI adalah menyebabkan rendahnya produktivitas.

Dalam buku ini, disajikan contoh kota yang menjadi perhatian dalam pengembangan permukiman kota baru di Indonesia, yaitu Pontianak, Tanjung Selor, Palembang, dan Banjar Baru.

 

Tentang Penulis:

Mochamad Donny Koerniawan, dosen di prodi arsitektur ITB. S1 lulus dari arsitektur UGM, S2 lulus tahun 2000 di Arsitektur ITB, dengan thesis dengan topik kenyamanan termal pada rumah susun, studi kasus rumah susun Bendungan Hilir, Jakarta. Meneruskan S3 di Jepang tahun 2012 di University of Kitakyushu, Kitakyushu dan diselesaikan tahun 2015. Studi yang dikembangkan dalam sekolah s3 adalah tentang kenyamanan termal untuk ruang luar di area Mega Kuningan sebagai pusat bisnis di Jakarta, dan beberapa ruang terbuka di Jakarta, seperti Taman Impian jaya Ancol, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Indonesia Indah.  Pengembangan keilmuan yang didapatkan dari sekolah s3 dipakai untuk mengajar mata kuliah pilihan Topik Khusus di Program magister rancang kota ITB. Topik yang diajarkan adalah kota rendah energi, perancangan kota berbasis iklim, perancangan kota berbasis rendah karbon, dan perhitungan pemakaian energy dalam kota. 2005-2015 menjadi tenaga ahli perancangan kota di beberapa kota di Indonesia yang berbasis keberlanjutan. Sebagian besar gambar pada buku ini juga merupakan gambar-gambar dari proyek-proyek yang pernah ditangani bersama penulis.

Nova Asriana MS, dosen di prodi arsitektur UNLA dan asisten peneliti di prodi arsitektur ITB. S1 lulus dari arsitektur UNSRI dan melanjutkan S2 lulus tahun 2016 di Arsitektur ITB, menyelesaikan thesis dengan topik permodelan generatif (generative modelling), studi kasus area di bawah Jembatan Ampera-Plaza Museum SMB, Palembang. Studi yang dikembangkan dalam sekolah s2 adalah tentang developing computational developing for pedestrian-centric urban space. 2016-2019 menjadi asisten tenaga ahli perancangan kota di Indonesia yang berbasis  keberlanjutan dan arsitek untuk beberapa proyek mandiri maupun  kolaborasi antar pemerintah dan swasta lainnya. Sebagian besar gambar pada buku ini juga merupakan gambar-gambar dari proyek-proyek yang pernah ditangani bersama oleh penulis.