Cagar Budaya Kota Sawah Lunto
Editor: Dr.Eng. Arif Sarwo Wibowo, S.T., M.T.
Penerbit: ITBPress
Penemuan teknologi uap di Inggris telah melahirkan revolusi industri di Eropa Barat sejak pertengahan abad-18. Kota Sawahlunto adalah salah satu bukti sejarah dampak revolusi industri di Eropa yang mengakibatkan terjadinya eksplorasi sumber daya di belahan timur dunia. Interaksi budaya timur dan barat di kota ini menciptakan pola tata kota pertambangan yang khas dengan berbagai dinamikanya. Penggunaan batu bara dalam skala besar terutama dalam dunia industri, pabrik, kereta api, dan kapal laut mendorong penemuan ladang batu bara dunia Eropa hingga ke Asia. Pada tahun 1868, seorang ahli geologi Belanda bernama W. H.t de Greeve berhasil menemukan kandungan batu bara di Ombilin (Sawahlunto) dengan H.t de Greeve berhasil menemukan kandungan batu bara di Ombilin (Sawahlunto) dengan deposit mencapai lebih dari 200 juta ton.
Pada tahun-tahun berikutnya, Belanda mulai mengintensifkan eksplorasinya di wilayah ini. Pada tahun 1891 untuk pertama kalinya penambangan batu bara dibuka di daerah Sungai Durian dengan produksi sebanyak 47.833 ton batu bara. Penambangan batu bara Ombilin mendorong pembangunan infrastruktur seperti Pelabuhan Emmahaven Padang, kini Teluk Bayur, di awal tahun 1883 dan jalur rel kereta api dari Pulau Air Padang sampai Muaro Kalaban pada tahun 1887-1892. Setelah pengerjaan terowongan yang luar biasa dan rumit sepanjang 828 meter hingga tahun 1894, Kota Sawahlunto yang awalnya terisolasi pun dapat diakses dengan lebih mudah oleh pihak luar. Jalur kereta api juga dibangun hingga pedalaman Minangkabau lainnya seperti; Sijunjung, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Sementara itu, Pelabuhan Emmahaven menjadi dermaga utama bagi kapal-kapal uap pengangkut batu bara Ombilin dan rempah-rempah seperti; S.S. Sawahloento kapal-kapal uap pengangkut batu bara Ombilin dan rempah-rempah seperti; S.S. Sawahloento dan S.S. Ombilin-Nederland yang berlayar ke banyak perairan dan berbagai dermaga dunia.