Halo Nodizen! Apa yang terlintas dalam pikiran Nodizen ketika mendengar istilah darah biru? Bagi masyarakat Indonesia, istilah darah biru identik dengan seseorang yang memiliki garis keturunan ningrat atau bangsawan. Namun, apakah Nodizen tahu bahwa di dunia ini terdapat hewan yang memiliki darah biru? Pernahkah Nodizen mendengar atau melihat hewan ini?
Belangkas (horseshoe crab) merupakan hewan yang telah hidup lebih lama daripada dinosaurus yaitu sekitar 300 juta tahun yang lalu. kerabat fosilnya telah ada sejak periode Ordovisium (485,4 ─ 443,8 juta tahun yang lalu). Belangkas ternyata memiliki darah berwarna biru. Lho, kok bisa berdarah biru? Mungkinkah belangkas ini keturunan bangsawan? Bukan! Darah belangkas berwarna biru bukan karena belangkas keturunan bangsawan atau ningrat ya, tetapi karena adanya kandungan tembaga dalam protein hemosianin yang apabila terkena oksigen berwarna biru. Nah, hal ini mirip seperti kandungan besi di dalam hemoglobin yang menyebabkan darah Nodizen dan Nodi berwarna merah.
Darah belangkas selain berwarna biru, juga memiliki semacam sel darah prasejarah yaitu amebosit. Amebosit dalam belangkas digunakan untuk membuat ekstrak limulus amebocyte lysate (LAL). LAL merupakan suatu sel imun yang sangat sensitif terhadap bakteri beracun. LAL ini akan menggumpal jika terdapat bakteri beracun di sekitarnya. Dengan kata lain, LAL bisa mendeteksi racun. Unikkan? Nah oleh sebab itu, darah belangkas banyak digunakan untuk memastikan kondisi alat medis yang sudah steril, serta untuk memeriksa keamanan suatu vaksin yang baru ditemukan.
Di samping segenap manfaat dari LALyang baik untuk Nodizen dan Nodi, ternyata LAL ini justru tidak baik bagi belangkas bukan karena LAL memberikan dampak negatif bagi belangkas, tetapi LAL dalam darah belangkas menyebabkan ribuan belangkas ditangkap untuk kemudian diambil darahnya setiap tahun. Emang kenapa kalau sudah diambil darahnya? Masalahnya sebanyak 30 persen belangkas yang sudah diambil darahnya akan mati. Hal ini diperparah dengan keadaan laut yang penuh polusi, naiknya permukaan air laut, dan pembangunan di sekitar area lautan. Padahal belangkas bukan hanya penting bagi Nodizen atau Nodi saja lho, makhluk lain seperti burung pantai (shorebirds) membutuhkan telur belangkas yang kaya akan kalori sebagai sumber energi selama migrasi. Penurunan populasi belangkas tentu saja menyebabkan terganggunya rantai makanan ekosistem. Wah, bahaya tuh!
Eits, tapi tenang Nodizen! Mengingat pentingnya belangkas bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, jumlah belangkas yang ditangkap kini dipantau. Selain itu, melalui lebih banyak penelitian dan persetujuan bukan tidak mungkin jika penggunaan darah belangkas terutama dalam industri medis dapat diganti dengan zat lain.
Wah, gimana nih Nodizen? Sekarang sudah tahu kan bagaimana keunikan dan manfaat darah biru milik belangkas ini. Oh iya, jangan lupa berterima kasih ya kepada belangkas yang sudah membuat Nodizen sehat sampai sekarang. Sampai jumpa di Catatan Nodi selanjutnya!!
Referensi :
- Horseshoe Crab. Dapat dilihat pada https://www.nwf.org/Educational-Resources/Wildlife-Guide/Invertebrates/Horseshoe-Crab
- Arnold, Carrie. (2020). Horseshoe crab blood is key to making a COVID-19 vaccine-but the ecosystem may suffer. National Geographic. Dapat dilihat pada https://www.nationalgeographic.com/animals/article/covid-vaccine-needs-horseshoe-crab-blood
- American Oceans. The Many Ways Horseshoe Crab Blood Will Amaze You. Dapat dilihat pada https://www.americanoceans.org/blog/horseshoe-crab-blood/
- Chesler, Caren. (2021, August 1). A horseshoe crab’s blood is vital in testing drugs. Critics say using it endangers the ancient creature. The Washington Post. Dapat dilihat pada https://www.washingtonpost.com/health/horseshoe-crab-lal-endotoxins-coronavirus/2021/07/30/cbc0a158-d525-11eb-9f29-e9e6c9e843c6_story.html
Penulis : Rahmalia Puspa Wardani
Editor : Wisnu Putra Arrafi
Desain Grafis : Hadisty Haviza Zulvan