Halo Nodizen! Pernah ga kalian memotong-motong kertas dengan gunting? Biasanya kertas digunting untuk dirangkai menjadi suatu hal atau untuk menghilangkan bagian yang tidak diinginkan. Lantas, bagaimana jadinya jika DNA kita pun dapat digunting dan dibuang bagian yang tidak diinginkan? Menarik, ‘kan! Simak penjelasan Nodi yaa.
Pada bulan Oktober 2020, dunia dikejutkan dengan dinobatkannya Emmanuelle Charpentier dari lembaga riset Max Planck Unit for the Science of Pathogens di Berlin dan Jennifer A. Doudna dari University of Berkeley di California sebagai dua ilmuwan perempuan yang menerima Penghargaan Nobel Kimia 2020 atas penemuan teknologi untuk mengedit DNA. Charpentier dan Doudna mencetak sejarah sebagai dua perempuan pertama yang mendapatkan hadiah Nobel, tanpa kolaborator laki-laki. Keren, ‘kan!
Nah, Nodizen tau ‘kan kalau dalam kehidupan sehari-hari ada aturan-aturan yang mengatur kita? Begitu pula dalam tubuh manusia, ada gen yang mengatur semua kehidupan yang ada dalam tubuh kita! Gen adalah suatu unit pewarisan sifat yang bentuk fisiknya tertata dalam urutan DNA.
DNA berfungsi menyimpan dan menentukan karakteristik biologis pada makhluk hidup. Namun, di dunia ini ada beberapa kelainan pada gen sehingga muncul penyakit-penyakit genetika yang sedari dulu ‘susah’ disembuhkan seperti Syndrome Down, herpes bahkan HIV.
Charpentier dan Doudna menjawab permasalahan tersebut dengan membuat sebuah teknologi ‘editing’ DNA dengan CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeat). Berawal dari penelitian terhadap bakteri Streptococcus, Charpentier menemukan sistem imun yang dapat menghalau DNA ini terhadap virus bernama Cas9 (CRISPR associated protein-9).
Ketika virus Cas9 menyerang bakteri Streptococcusmaka akan dihasilkan RNA dari CRISPR yang disebut guide-RNA yang akan memberi petunjuk Cas9 memotong RNA virus yang sesuai dengan guide RNA. Dengan sistem kerja inilah CRISPR-Cas9 dapat digunakan untuk memotong DNA yang bermasalah. DNA yang dipotong dapat diganti dengan DNA baru yang tidak bermasalah. Hal ini sangat berguna dalam dunia genetika untuk pengobatan/terapi gen seperti kanker. CRISPR-Cas9 bukan satu-satunya metode pengeditan gen, namun ia paling efisien dari segi biaya.
Associate Professor di Perdana University RCSI School of Medicine, Teguh Haryo Sasongko menjelaskan bahwa CRISPR-Cas9 digunakan terutama untuk mengobati penyakit turunan atau penyakit lainnya yang diakibatkan oleh kerusakan gen. Saat ini, ia sedang diteliti sebagai kemungkinan cara untuk mengobati anemia sel sabit (sickle cell anaemia) dan thalasemia, kelainan darah yang dialami jutaan orang di seluruh dunia, dan Duchenne muscular dystrophy, kelainan yang menyebabkan degenerasi otot. Selain itu, CRISPR-Cas9 juga digunakan sebagai alat diagnostik rapid test untuk Covid-19,lho. Nodizen ga perlu khawatir! Alat ini telah mendapat persetujuan dari Badan POM Amerika Serikat (FDA) untuk digunakan dalam situasi darurat.
Inovasi teknologi genetika ini memberikan jawaban yang krusial untuk pengobatan gen tetapi sangat berdampak pada sejarah manusia. Sebagai contoh, teknologi CRISPR bisa digunakan untuk menciptakan bayi hasil rekayasa genetika (designed babies), yang memunculkan segunung persoalan etika.Jika seorang anak hasil rekayasa genetika tumbuh dewasa dan punya anak, perubahan apapun pada genomnya bisa diwariskan ke generasi berikutnya dan memberikan perubahan jangka panjang pada populasi manusia. Namun, Teguh Haryo Sasongko menjelaskan bahwa aplikasi CRISPR-Cas9 selama ini untuk merawat penyakit genetik hanya melibatkan satu gen, sedangkan pembuatan designed babies melibatkan pengeditan banyak gen yang hasilnya belum bisa dikontrol.
Meskipun modifikasi gen seperti ini sangatlah kontroversial, tetapi jika dilakukan dengan masif maka ada banyak permasalahan yang bisa diselesaikan dengan adanya teknologi ini. Walaupun demikian, penggunaan teknologi ini harus sangat diperhatikan agar dapat digunakan dengan bijak.
Referensi :
- Rincon, Paul. (2021). Nobel Kimia 2020. BBC News. Dapat dilihat pada https://www.bbc.com/indonesia/majalah-54539443
- Rahmah, Annisa. (2015). Big Book Biologi. Jakarta Selatan: Cmedia Imprint Kawan Pustaka.
Penulis : N. Firly Sriramadhani
Editor : Kholifatul Mukhoibibah
Desain Grafis : Stephanie Surya