TRAINING FOR AMISCA 2020

Training for AMISCA atau yang lebih dikenal dengan sebutan TFA merupakan kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh Divisi Keprofesian HMK ‘AMISCA’ ITB untuk menunjang kebutuhan anggota HMK ‘AMISCA’ ITB terkait dengan kehidupan pascakampus sehingga anggota HMK ‘AMISCA’ ITB memiliki bekal untuk bersaing di dunia kerja. Tujuan dari adanya TFA adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan baru serta memberi pelatihan secara langsung kepada anggota HMK ‘AMISCA’ ITB terkait bidang keprofesian serta soft skill yang tidak diajarkan dalam perkuliahan.

Pada hari Sabtu, 8 Februari 2020, telah dilaksanakan TFA dengan materi “Critical Thinking and Complex Problem Solving” pada sesi pertama serta “Emotional Intelligence” pada sesi kedua. Rangkaian acara TFA dimulai pada pukul 09.00 dengan Christy sebagai pemandu acara. Pembicara pada sesi pertama, yaitu Kiki Adi Kurnia, Ph. D. yang merupakan seorang researcher di Universitas Airlangga. Beliau merupakan penerima penghargaan Outstanding Student Chapter Advisor. Pada sesi pertama, beliau bercerita tentang pengalamannya selama kuliah dan setelah lulus kuliah.

Beliau merupakan seseorang yang hobi berjalan-jalan sehingga masa-masa kuliah beliau banyak diselingi oleh jalan-jalan ke tempat yang beliau ingin kunjungi. Hobinya ini sangat membantu beliau ntuk menepis rasa lelah dan merupakan perjalanan dalam mencari diri sendiri. Setelah menjalani masa perkuliahan, beliau mulai memasuki dunia kerja. Beliau bekerja di Malaysia sebagai asisten. Setelah itu beliau memutuskan untuk kembali ke Indonesia, ke Universitas Airlangga. Awalnya, banyak ketidakidealan yang beliau rasakan di dunia kerja. Ketidakidealan tersebut sempat membuat beliau merasa tertekan hingga akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan  dosen senior. Dari perbincangan tersebut beliau menyadari bahwa dalam dunia kerja sangat dibutuhkan kemampuan beradaptasi. Selain itu, diperlukan juga kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks. Dalam memecahkan masalah kompleks tersebut, berbagai variabel harus diperhatikan dan diidentifikasi satu persatu. Namun, selain mengidentifikasi variabel yang ada, hal yang terpenting untuk dilakukan adalah mengidentifikasi diri sendiri.

Setelah selesai pemaparan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta yang hadir pada sesi TFA kali ini begitu antusias untuk bertanya. Salah satunya adalah Ika, mahasiswa Kimia ITB angkatan 2017, yang menanyakan sederet pertanyaan. Salah satu pertanyaannya, yaitu apa aplikasi dari cognitive flexibility yang sempat disinggung oleh pembicara. Cognitive flexibility merupakan kemampuan otak untuk melakukan transisi dari berpikir suatu konsep ke konsep yang lain. “Contohnya saat di Portugal. Sebelum memulai kelas atau kerja biasanya ada sesi break supaya ketika memulai orang bisa fokus kembali. Selain itu, kita juga harus tahu kapan harus berpikir besar dan kapan kita harus berpikir kecil.” jawab pembicara.

Sesi pertama berakhir pada pukul 12.00 WIB. Sebelum melanjutkan ke sesi kedua, peserta diberi waktu istirahat serta makan siang selama satu jam. Pada pukul 13.00 WIB, sesi kedua dimulai. Pembicara pada sesi kedua, yaitu Martha Adji Wardana, merupakan Koordinator Trainer Pengembangan Karakter LTPB ITB. Beliau mendapatkan penghargaan Honorable Mention pada ajang Indonesia Teacher Prize 2019 Ruangguru. Beliau memaparkan tentang Emotional Intelligence. Emotional Intelligence atau yang biasa dikenal dengan istilah EQ merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kedewasaan perasaan. Pada umumnya, EQ biasa diremehkan karena dianggap karakter manusia yang dibawa sejak lahir. Padahal, EQ bisa terus diasah seiring berjalan waktu.. Beliau mengatakan bahwa seorang manusa terdiri dari love, effort, raga, development, empathy, dan respect atau biasa disingkat LEADER. Love atau cinta, merupakan sebuah pondasi dalam hidup. Cinta yang dimaksud adalah cinta yang berhubungan dengan sabar dan syukur. Effort atau usaha, merupakan hubungan antara komitmen dan harapan. Harapan tanpa komitmen tidak akan bergerak, sementara komitmen tanpa harapan akan menjadi sia-sia. Setelah itu activity atau aktivitas. Aktivitas yang dimaksud adalah memanfaatkan kondisi tubuh yang sehat untuk memaksimalkan kegiatan yang ada. Development atau perkembangan, merupakan perwujudan dari optimism sebagai manusia yang terus menjadi besar. Meskipun menemui kegagalan, manusia harus terus bangkit dan maju. Empati dan respect berkaitan dengan  hubungan sosial dengan orang lain. Orang yang memiliki empati akan menghargai orang lain sekalipun orang lain tersebut berbuat kesalahan. “Menurutku, empati di dunia ini sudah mulai berkurang.” jelas pembicara.

Setelah  selesai paparan materi dari pembicara, diadakan sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan berasal dari Salma, mahasiswa Kimia ITB angkatan 2017. Salma menanyakan apakah rasa khawatir merupakan perasaan yang buruk. “Khawatir ada banyak macamnya. Selama ini image khawatir baik, namun jika terlalu berlebihan tidak baik dan akan menimbulkan kecemasan.” jawab pembicara menutup sesi kedua TFA. Dengan berakhirnya sesia kedua pada pukul 16.00 WIB, maka berakhir rangkaian acara TFA kali ini. Rangkaian acara TFA ditutup dengan pemberian plakat kepada pembicara serta foto bersama pembicara dan peserta.

 

Penulis :

  • Herdy Hardian (Rb’18)
  • Ananda Salsabila Asri (Ho’17)