ANODIC #5: Styrofoam

65400

65399

Halo Pembaca! Sudah makan belum nih? Kalau sudah syukurlah, kalau belum cepatlah makan agar kesehatan tubuhmu tetap terjaga. Bisa juga makan sambil baca artikel ini, hehehe. Bicara tentang makanan, dengan apa kamu membungkus makanan? Ada banyak jenis material yang digunakan untuk membungkus makanan, salah satunya polistirena atau yang akrab disebut dengan Styrofoam.

Styrofoam dapat digunakan sebagai pembungkus makanan yang memerlukan kondisi higienis. Masalah kesehatan terkait penggunaan Styrofoam sering diperdebatkan. Styrofoam dibuat dengan polimerisasi stirena, yaitu zat yang terdapat secara alami pada stroberi, kayu manis, kopi, dan daging. Stirena, menurut United States Environmental Protection Agency (U.S. EPA), diduga bersifat karsinogen dan toksik terhadap saluran pencernaan, ginjal, dan sistem pernapasan. [1] Food and Drug Administration (FDA) dengan ketat mengatur seluruh material pembungkus makanan, termasuk polistirena. Semua pembungkus makanan mengandung zat yang dapat “bermigrasi” dalam jumlah yang sangat kecil ke dalam makanan atau minuman. Stirena dalam jumlah yang sedikit mungkin masih tersisa dalam polistirena sehingga FDA mengevaluasi keamanan dari kontak makanan dengan polistirena dan keamanan dari stirena yang mungkin bermigrasi. FDA menentukan bahwa kadar stirena yang bermigrasi 10.000 kali lebih rendah daripada ambang batas aman. Jadi menurut FDA, polistirena aman digunakan untuk pembungkus makanan. [2]

Masalah lain yang ditimbulkan dari penggunaan stryrofoam adalah dampaknya terhadap lingkungan. Styrofoam tidak reaktif sehingga sulit terdegradasi oleh lingkungan. Para peneliti China dari University of Massachusetts Boston meneliti aktivitas biodegradasi dan mineralisasi dari polistirena oleh cacing pemakan-plastik (Mealworm), larva dari Tenebrio molitor Linnaeus yaitu sebuah spesies kumbang gelap. Larva tersebut ditemukan dapat memakan dan mendegradasi Styrofoam. [3] Ahli biologis dari University College Dublin di Irlandia menemukan bahwa bakteri Pseudomonas putida  dapat mengkonversi minyak stirena menjadi polihidroksialkanoat (PHA) yang dapat secara alami terbiodegradasi di lingkungan.[4] Kedua organisme tersebut mungkin dapat menjawab masalah dampak lingkungan yang disebabkan Styrofoam.

Masalah yang ditimbulkan oleh styrofoam memang sudah ada penyelesaiannya, namun belum bisa diterapkan dengan efektif. Bumi kita semakin tua dan merawatnya adalah salah satu tugas kita yang hidup darinya. Tanpa pengurangan pemakaian styrofoam, akan terjadi akumulasi sampah styrofoam dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, mari kita mengurangi pemakaian styrofoam demi bumi yang lebih baik! Hore!

Referensi

[1]https://yosemite.epa.gov/opa/admpress.nsf/6427a6b7538955c585257359003f0230/09b1cf3cd5813928852570d8005e1603!OpenDocument United States Environmental Protection Agency

[2] https://plasticfoodservicefacts.com/main/Safety/Safety-of-PS-Foodservice-Products American Chemistry Council

[3] Yang, Yu; Tang, Jun; Wu, Wei-Min; Zhao, Jiao; Song, Yiling; Gao, Longcheng; Yang, Ruifu; Jiang, Lei (2015). “Biodegradation and Mineralization of Polystyrene by Plastic-Eating Mealworms: Part 1. Chemical and Physical Characterization and Isotopic Tests”Environmental Science and Technology49 (20): 12080–12086. doi:10.1021/acs.est.5b02661.

[4] Biello, David (February 27, 2006). “Bacteria Turn Styrofoam into Biodegradable Plastic”Scientific American.