Salah satu cerita dari asisten YUK! Ngajar…
Hari itu, Bandung memang mendung.
Tetapi, hal itu tak menyurutkan semangat kami untuk melaksanakan program YUK! Ngajar periode September ke RPSAA Ciumbuleuit. Minggu, 24 September 2017 pukul 08.30 WIB, kami melaksanakan briefing seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Briefing tersebut berisi arahan mengenai pelaksanaan teknis eksperimen yang akan dilakukan serta beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh asisten selama keberlangsungan kegiatan. Untuk periode September, penanggungjawab teknis kegiatan adalah Nurlaeli Naelulmuna, Pr’14. Peserta briefing adalah 10 orang massa AMISCA yang tergabung dalam tim Pengmas dan 5 orang massa AMISCA di luar tim Pengmas. Setelah semua hal teknis sudah tersampaikan dalam briefing kami segera menuju RPSAA Ciumbuleuit.
Sesampainya di RPSAA Ciumbuleuit, saya segera menemui Pak Diki, selaku penanggungjawab kegiatan hari itu dari pihak RPSAA. Namun saat itu, Pak Diki sedang tidak berada di tempat, sehingga saya menemui Pak Aji, sesuai arahan Pak Diki. Di perjalanan menuju ruangan Pak Aji, nampak beberapa remaja yang sedang menonton drama korea. Mungkin sekitar beberapa orang setingkat SMA, dan lainnya SMP atau belum sekolah. Saya memang salah satu penikmat drama korea, akhirnya saya menghampiri mereka, berusaha mendekatkan diri karena ini merupakan kali pertama saya ke RPSAA Ciumbuleuit.
Tampak di sana beberapa rekan dari tim Pengmas sedang bercakap-cakap dengan sebagian dari mereka, mungkin bermaksud hal yang sama seperti saya. Saya berkenalan dengan dua orang anak perempuan, cantik. Namanya Eva dan Septi. Lugu sekali, dengan logat Sunda yang kental. Keduanya kelas VIII SMP. Keduanya mengaku menyukai drama korea semenjak beberapa mahasiswa yang juga melaksanakan pengabdian masyarakat di sana mengenalkan mereka pada drama korea. Lucu rasanya, ketika mereka menyebutkan nama-nama pemain dalam drama Fight for My Way yaitu Park Seo Joon dan Kim Ji Won dengan logat Sunda-nya.
Ketika sedang bercakap-cakap dengan keduanya, nampak seorang bapak-bapak menghampiri saya.
Ternyata itu adalah Pak Aji. Saya segera menyapa dan menyampaikan maksud dan tujuan kami datang ke RPSAA Ciumbuleuit. Akhirnya, Pak Aji segera mengumpulkan anak-anak di aula.
Setelah dilakukan pengumuman untuk berkumpul di aula disampaikan Pak Aji, beberapa anak nampak segera bergegas menuju aula. Tetapi masih ada beberapa anak yang tidak menghiraukan pengumuman tersebut. Akhirnya, karena waktu sudah menunjukan pukul 10.30 WIB dan aula masih lengang, kami dari tim Pengmas dan massa AMISCA lainnya berusaha mengajak anak-anak tersebut secara personal.
Ketika saya memasuki aula, nampak Mega, Lu’14 sedang bersama seorang anak berumur sekitar 5 tahun. Mereka nampak dekat. Saya menghampiri mereka, berkenalan dengan Amel, gadis kecil berkulit kuning langsat. Gadis pemalu, tapi tak segan berkenalan dengan orang baru.
Tiba-tiba ada seorang anak perempuan memeluk saya. Kaget. Kemudian, dia bertanya sambil tersenyum,”Kakak yang ini namanya siapa?” Saya sebenarnya tidak menyangka bahwa anak-anak akan meminta berkenalan terlebih dulu dan begitu terbuka. Dalam fikiran saya sebelumnya, saya sebenarnya khawatir jika mengalami kesulitan dalam membentuk bonding antara saya dan anak-anak, apalagi pengalaman saya dengan anak-anak masih sangat minim. Mungkin ini juga yang dirasakan oleh rekan-rekan saya yang lain, terutama bagi mereka yang juga pertama kali ke tempat ini.
Segera sadar dari lamunan, saya tersenyum dan menjawab. Kami bercakap-cakap cukup lama. Akhirnya saya tahu bahwa anak tersebut bernama Annisa. Hmm, Annisa, nama yang indah, gumam saya. Ketika saya melayangkan pandangan, nampak dua orang massa AMISCA datang menyusul. Tak lama kemudian, Dwi, Gd’14 juga nampak hadir. Saya sangat bersyukur karena acara YUK! Ngajar cukup mendapat perhatian dari massa AMISCA di luar tim Pengmas.
Acara segera di buka oleh Nur, Pr’14. Pembukaan diawali dengan perkenalan. Anak-anak sangat antusias. Dan hal tersebut seolah menjadi energi positif bagi kami. Anak-anak kemudian dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan 5-6 orang. Pembagian kelompok dilakukan dengan metode dinamika kelompok. Anak-anak diberi kertas berisi nama-nama hewan. Anak dengan nama hewan yang sama akan berada dalam satu kelompok. Agar lebih seru, anak-anak tersebut tidak diperbolehkan mengatakan langsung nama hewan yang mereka dapatkan untuk mencari teman kelompok , melainkan dengan meniru suara atau gerakan hewan tersebut.
Singkat cerita, semua anak telah dibagi dalam kelompok kecil.
Kemudian, masing-masing asisten menghampiri kelompok masing-masing. Asisten berkenalan dengan anak-anak dalam kelompoknya masing-masing. Saya dan Shofi, Rh’14 berada di kelompok kucing. Setelah perkenalan dengan asisten selesai, selanjutnya adalah pelaksanaan eksperimen. Ekperimen yang dilaksanakan adalah dapur magma, geyser, biji menari dan magic balon.
Pada percobaan Dapur Magma, botol diiisi air, ditambah asam sitrat, lalu pewarna. Ditambah detergen lalu kocok dan ditambah baking soda. Lalu dipasang sumbat pada leher botol. Sumbat akan terpental dan akan mengeluarkan cairan merah berbusa.
Pada percobaan Geyser, botol diisi air, dimasukkan asam sitrat dan diaduk merata, kemudian ditambah detergent, dikocok. Masukkan baking soda lalu pasang tutup botol berlubang (air akan memancar keluar melalui lubang pada tutup botol).
Pada percobaan Magic Balloon, botol diisi air, ditambah asam sitrat lalu aduk. Kemudian ditambah baking soda ke dalam balon. Balon dipasangkan pada leher botol. Ujung balon diangkat perlahan agar semua bahan masuk kedalam botol (balon akan mengembang).
Pada percobaan Biji Menari, gelas diisi dengan air, kemudian ditambahkan jagung kering, kemudian ditambahkan asam sitrat lalu aduk kemudian ditambah baking soda. (jagung akan mengapung dan bergerak keatas dan kebawah).
Setelah pelaksanaan eksperimen, dilakukan berbagai games dan ice breaking yang dilanjutkan dengan pembagian hadiah bagi lima anak yang berhasil menjawab pertanyaan seputar materi dan kegiatan pada hari itu. Setelah acara selesai, kami segera melakukan evaluasi keberjalanan kegiatan.
Dalam pelaksanaannya, nampak bahwa bukan hanya anak-anaknya saja yang antusias. Saya bisa dengan jelas melihat kegembiraan di raut wajah teman-teman saya. Saya pribadi merasakan energi positif dari anak-anak lah yang justru membuat kegiatan hari itu begitu menyenangkan dan membuat kami bersemangat. Selain itu, mereka juga cepat mengerti tentang kaitan antara fenomena yang diamati dengan materi/teori. Mereka dengan cara tersendiri, menyederhanakan bahasa yang kami sampaikan. Ini merupakan hal yang luar biasa. Nikmat tiada tara ketika melihat tawa-tawa renyah dan senyum hangat dari mata mereka yang sebening embun.
Hal yang paling saya kagumi adalah mereka, anak-anak itu.
Mereka bahagia dan tetap bersyukur dalam segala keterbatasan yang mereka punya. Tak nampak beban kesedihan di mata mereka. Sebuah pukulan keras bagi kita, yang rajin mengeluh dan merasa susah atas kesulitan yang tidak seberapa.
Lalu, apakah mereka yang terlalu pandai menyembunyikan rindu dan perasaan terdalamnya, ataukah karena hanya terbiasa dalam penerimaan? Entahlah. Saya hanya berharap bahwa saya bisa datang kembali, menggali perasaan mereka tak hanya di mata, tapi juga sampai ke hati. Semoga keberadaan kami bisa menuntun mereka menjemput mimpi. Sebagai teman dalam perjalanan mereka menjadi manusia-manusia yang ibu pertiwi harapkan. Terakhir, semoga cinta yang tumbuh di hati saya pada mereka, tumbuh pula di hati pembaca.
Salam,
Ayu Sb’14
Editor: Farhan Mn’14