Ringkasan Kuliah Tamu PL 6149 – Studio Tata Kelola Perkotaan
RINGKASAN KULIAH TAMU
MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
PL 6149 – STUDIO TATA KELOLA PERKOTAAN
PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN KOTA SURABAYA DARI PERSPEKTIF PRAKTISI SWASTA
Pada hari Senin, 6 September 2021 Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota menyelenggarakan Kuliah Tamu dengan topik Perencanaan dan Pengelolaan Kota Surabaya dari Perspektif Praktisi dan Swasta sehubungan dengan penyelenggaraan mata kuliah PL6149 Studio Tata Kelola Perkotaan melalui Zoom Conference. Kuliah tamu ini terbuka bagi seluruh mahasiswa Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) dengan menghadirkan 2 narasumber, yaitu Ketua Tim Ekonomi Jawa Timur dan Ketua Harian/Wakil Ketua BKPRD Provinsi (2010-2016) – Ir. Hadi Prasetyo, ME, Dipl. Urb. M dan Direktur PT. Trans Harum Nusantara dan PT. Seger Arandra Nusantara – Ir. Nurulhaqi Asri.
Kuliah tamu yang dibuka oleh Prof. Dr. Ir. Benedictus Kombaitan, M.Sc. dan dimoderatori oleh Nurrohman Wijaya, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D dibagi menjadi 3 sesi, dengan sesi pertama adalah penyampaian materi dari Ir. Hadi Prasetyo, ME, Dipl. Urb. M mengenai Perencanaan dan Pengelolaan Kota Surabaya dalam Tinjauan Regional (Perspektif Praktisi). Sesi kedua merupakan penyampaian materi dari Ir. Nurulhaqi Asri mengenai Rencana Tata Ruang di Mata Swasta. Sesi terakhir ialah sesi diskusi dimana mahasiswa dan peserta memberikan pertanyaan dan diberikan tanggapan oleh narasumber.
Ir. Hadi Prasetyo, ME, Dipl. Urb. M dalam materinya menyampaikan beberapa bahasan, yaitu : Kota Surabaya & Surabaya Raya dalam konstelasi regional disertai dengan profil ekonomi-pandemi; Interregional Input Output Provinsi Jawa Timur; Interkoneksi Perdagangan antar Wilayah (Inter-Urban Connectivity); Kota Surabaya (Raya) dan Profil MKMB; dan beberapa Perspektif (Praktis) Perencanaan & Pengelolaan Kota Surabaya. Kota Surabaya maupun dalam konteks metropolitan area memiliki posisi yang strategis dalam perekonomian Jawa Timur dimana hampir sekitar 37% share perekonomian Jawa Timur disumbangkan oleh kabupaten/kota di Surabaya Raya. Kota Surabaya juga memiliki share yang cukup tinggi, yaitu sekitar 24,19% PDRB Provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya dalam perkotaan Surabaya Raya juga terkoneksi dengan metropolitan Gerbangkertosusila dan Madura melalui infrastruktur strategis.
Pandemi COVID-19 telah berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yang menurun secara year-on-year. Menurut lapangan usaha, PDRB Provinsi Jawa Timur menurun di sektor industri, perdagangan, akomodasi & makan minum serta transportasi. Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi juga di Kota Surabaya dengan nilai LPE mencapai -4,85% dan lebih tinggi dibandingkan Provinsi Jawa Timur. Merespon hal tersebut, Provinsi Jawa Timur merumuskan roadmap kebijakan pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 yang terbagi menjadi intervensi jangka pendek dan jangka menengah-panjang. Intervensi jangka pendek berfokus pada penyelamatan pariwisata & UKM, penyediaan lapangan kerja & industrialisasi, dan menjaga ketahanan pangan.
Terdapat beberapa tantangan untuk Kota Surabaya dalam melakukan pemulihan ekonomi, yaitu 94,69% usaha mengalami penurunan penjualan dan profit usaha secara signifikan akibat biaya produksi tetap atau bahkan meningkat sementara penjualan menurun. Biaya usaha yang mengalami peningkatan selama pandemi yaitu bahan baku, transportasi, tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Pengembangan usaha UMKM juga belum bersinergi dengan pemanfaatan produk lokal karena sebagian besar pelaku usaha menjadi penjual/reseller produk-produk impor dari daerah ataupun negara lain. Berdasarkan skala usaha, penurunan penjualan juga terjadi lebih dari 75 persen dialami oleh 49,01 persen usaha ultra-mikro, 43,3 persen usaha mikro, 40 persen usaha kecil, dan 45,83 persen usaha menengah. Terjadi juga kerentanan UMKM tutup usaha jika pandemi tidak segera berakhir dengan kemungkinan 85,42% usaha hanya mampu bertahan 1 tahun sejak pandemic.
Pada akhir presentasi, Ir. Hadi Prasetyo menyampaikan bahwa Kota Surabaya yang memiliki jaringan perdagangan antar pulau yang kuat, masih memberi peluang besar untuk recovery sektor perdagangan, hotel dan restoran. Namun, Kota Surabaya tidak bisa memulihkan ekonominya sendiri tanpa perbaikan kinerja regional. Pengembangan UMKM di Kota Surabaya sendiri menjadi lebih menantang dengan jumlah usaha ultra mikro, mikro, dan kecil yang memiliki jumlah yang sangat banyak dan pada umumnya merupakan sektor informal yang belum dapat terakomodasi dalam perencanaan ruang kota yang lebih mengarah pada sektor formal. Adanya Pandemi COVID-19 juga terjadi disrupsi perekonomian kota yang memerlukan rekonsolidasi strategi.
Pada sesi kedua, pemaparan Ir. Nurulhaqi Asri lebih mengarah pada hubungan sektor swasta terutama pengembang (developer) dengan rencana tata ruang dalam konteks pengembangan Kota Surabaya. Sektor swasta sebagai aktor yang memanfaatkan lahan untuk kegiatan usaha biasanya memengaruhi bentuk ruang kota karena mempengaruhi kegiatan lainnya di sekitar. Pembangunan oleh pihak swasta berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan infrastruktur dan utilitas yang tidak diseimbangi dengan kurangnya supply. Ir. Nurulhaqi Asri juga menyampaikan alur sederhana proses investasi yang dipengaruhi oleh diterapkannya sistem OSS dalam perizinan berusaha dan kesesuaian dengan tata ruang menjadi tantangan dalam penentuan lokasi. Perkembangan Kota Surabaya telah banyak berubah dengan arah ke Barat dan Timur baik diakibatkan pembangunan perumahan skala besar maupun kawasan industri. Rencana tata ruang menjadi informasi yang penting bagi swasta dalam investasi, baik untuk menyusun studi kelayakan, proses perizinan, usulan perubahan guna lahan, dan informasi pembatasan intensitas bangunan.
Pada sesi diskusi, antusiasme peserta dan mahasiswa cukup tinggi dengan berkembangnya diskusi mengenai penguatan dan pemulihan ekonomi lokal, posisi UMKM dalam perekonomian Kota Surabaya, kontribusi sektor makanan minuman, dan pengaruh infrastruktur dalam mendorong perekonomian. Selain ekonomi, diskusi juga berkembang pada peran penataan ruang dalam pengembangan UMKM, pemanfaatan ruang dan gedung perkantoran, serta potensi investasi di bidang transportasi. Di akhir juga dibahas mengenai optimalisasi smart city dan pemanfaatan OSS sebagai inovasi e-governance.
Kontributor :
Tri Rahayu Wulansari – KK P2PK SAPPK ITB
Editor : Almira Amalia
Dokumentasi :
No Comments