Total Refractory Management (TRM) For Blast Furnace Plant.
Bandung, metallurgy.itb.ac.id – Teknik Metalurgi ITB kembali mengadakan kegiatan kuliah tamu pada hari Jumat, 14 September 2018. Kuliah tamu dibawakan oleh Bapak Albertus Agung, Bapak Hendry Harvan, dan Bapak Ma’-shum dari PT Harbison Walker International dan dihadiri oleh Ketua Prodi Teknik Metalurgi Bapak Zulfiadi Zulhan, serta sejumlah mahasiswa Program Studi Teknik Metalurgi ITB. Topik yang dibawakan adalah Total Refractory Management (TRM) For Blast Furnace Plant.
PT Harbison Walker International (HWI) pertama kali didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1865 dan bergerak di bidang teknologi refraktori. Hingga saat ini, PT HWI memiliki 17 cabang perusahaan di Amerika Serikat, 1 cabang perusahaan di Inggris, dan 1 cabang perusahaan di Indonesia. PT HWI yang bercabang di Indonesia merupakan perusahaan pertama dan satu-satunya yang memproduksi refraktori skala internasional di Indonesia. Perusahaan ini berdiri sejak November 1996, dan beroperasi hingga kini memproduksi refraktori cor (monolitik/castable) berbahan alumina-silika dengan 97% dari bahan mentahnya merupakan barang impor. Kapasitas produk refraktori yang dihasilkan PT HWI yang ada di Indonesia mencapai lebih dari sepuluh ribu metrik ton per tahun nya.
Diskusi pertama pada kuliah tamu yang dibawakan adalah mengenai manajemen refraktori secara keseluruhan tanur tiup meliputi bahan, spesifikasi, pemeliharaan (pemasangan dan pembongkaran), dan optimalisasi aktivitas refraktori. Hal-hal tersebut krusial karena menjadi kunci keberhasilan proses produksi besi wantah yang efisien di tanur tiup. Dijelaskan juga bahwa hal terpenting dalam proses produksi adalah pemeliharaan. Pemeliharaan runner/lauder tanur tiup dilakukan dengan inspeksi setiap waktu tertentu (pasca beroperasi dalam kurun waktu yang lama), sekaligus dicor kembali ketika terdapat kerusakan di dalamnya. Persoalan pada pemeliharaan refraktori terdapat pada abrasi yang disebabkan oleh terak (slag) dan hot metal. Hingga saat ini, cara meminimalkan crack akibat abrasi adalah membuat pori-pori pada dinding refraktori, juga membuat saluran keluar bagi air di dalam refraktori agar tekanan uap air dapat turun. Selanjutnya, pada tanur tiup (blast furnace), diaplikasikan skimmer yang berfungsi memisahkan terak dan hot metal memanfaatkan perbedaan graviti antara keduanya. Skimmer kemudian menjadi faktor penting bagi kerja runner pada tanur tiup.
Reputasi PT HWI sebagai produsen refraktori terbilang sangat baik terutama di Kawasan Asia Pasifik karena menjadi suplai utama untuk negara-negara di kawasan tersebut, termasuk juga Australia. Bahkan, hasil produksi PT HWI yang berada di Indonesia menjadi entitas ekspor untuk PT HWI yang berada di Inggris. Di Indonesia, PT HWI menjadi pemasok utama bagi beberapa perusahaan seperti Pertamina, Inalum, dan beberapa perusahaan baja serta refraktori.
Produksi dari PT HWI terbagi menjadi monolithic dan precast. Pada produk monolitik, PT HWI – sebagai perusahaan kelas dunia – menerapkan teknologi “WONDER WARETM” yang merupakan perangkat lunak dan GUI (Graphical User Interface) Modicon Digital PLC serta VFD Batching Control System yang merupakan sistem komputerisasi untuk mencapai tingkat kecepatan, dan akurasi yang optimal, serta meminimalisasi tingkat galat yang disebabkan oleh manusia (human error). Beberapa contoh produk monolitik dari PT HWI: cor padatan, cor penyekat, mortar, semen cor, dan tambalan. Pada produk precast, PT HWI bergantung pada teknisinya untuk mendesain dan membentuk refraktori sesuai pesanan dan permintaan. Kapasitas produk precast yang dihasilkan PT HWI mencapai lebih dari lima ribu metrik ton.
No Comments