Sejarah Program Studi Teknik Geofisika ITB
Teknik Geofisika ITB merupakan program studi teknik geofisika pertama di Indonesia. Pembelajaran mengenai keilmuan geofisika telah dilakukan di berbagai departemen ITB jauh sebelum program studi ini berdiri yaitu dimulai sekitar tahun 1980-an. Akan tetapi, program studi teknik geofisika baru berdiri sendiri menjadi departemen dimulai pada tahun 2005 sesui SK Rektor ITB No. 222/SK/K01/OT/2005 dibawah Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (FIKTM) yang sekarang berubah menjadi FTTM. Pembentukan program studi ini sekaligus menjadi wadah bagi kajian keilmuan geofisika yang sebelumnya terpecah di berbagai departemen di ITB. Pembentukan program studi ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan nasional akan ahli geofisika dalam industri explorasi sumberdaya bumi dan juga mitigasi bencana kebumian serta lingkungan. Pada awal pembentukannya, kegiatan keilmuan geofisika hanya terfokus dalam hal explorasi sumberdaya saja. Saat ini, program studi teknik geofisika telah berkembang menjadi tiga kelompok keahlian yaitu Geofisika Terapan dan Eksplorasi, Geofisika Global dan Seismologi Eksplorasi dan Rekayasa.
Profil Program Studi Teknik Geofisika ITB
Sesuai standar nasional pendidikan tinggi di Indonesia, setiap lulusan program sarjana terapan teknik geofisika diharapkan mampu mempunyai keterampilan diantaranya sebagai berikut:
- Mampu menerapkan pemikiran kritis, logis, sistematis dan inovatif dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang keahliannya.
- Mampu mengkaji implikasi pengembangan teknologi geofisika berdasarkan kaidah, tatacara dan etika ilmiah dalam memberikan solusi atas permasalahan dalam bidang keahlian geofisika berdasarkan hasil analisa dan informasi atau data.
- Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok supervise dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan.
Lulusan sarjana teknik geofisika diharapkan mampu menjadi calon ahli yang mampu menerapkan keilmuan geofisika dalam dunia kerja yang berkaitan dengan keahliannya. Seorang lulusan teknik geofisika diharapkan dapat bekerja dalam explorasi sumberdaya alam seperti minyak dan gas bumi, mineral dan juga dibidang mitigasi kebencanaan seperti gempa dll.
Dewan Penasehat
Teknik Geofisika terus melakukan penyempurnaan kurikulum dan lingkungan akademik jenjang sarjana, magister, dan doktoral melalui dewan penasihat. Dewan penasihat dipilih untuk mewakili berbagai sektor geofisika mulai dari akademisi, institusi pemerintah, dan industri. Berdasarkan keputusan Dekan FMPE nomor 46/IT1.CO5/SK-OT.00/2022 daftar dewan penasihat adalah:
- Muharam Jaya Panguriseng ST. MSi. – Vice President PT Pertamina
- Ir. Eko Widianto MT, IPU – Lecturer Universitas Trisakti
- Ridwan Djamaluddin Ph.D. – General Director of Mineral and Coal, Ministry of energy and mineral resources Republic of Indonesia
- Haposan Napitupulu – Owner of PT Panca Amara Utama
- .Ir. Dwikorita Karnawati PhD. – Head of Indonesian Agency for Meteorological, Climatological and Geophysics
- Nicholas Rawlinson, Ph.D. – Cambridge University
- Takeshi Tsuji, Ph.D. – Tokyo University
- Adriansyah, Ph.D. – Pertamina EP
- Danny Hilman Natawidjaja. Ph.D. – National Research and Innovation Agency
- Averrouz Mostavan, ST. M.Sc. – Alumni